Niat I’tikaf yang Benar – Syaikh Abdus Salam asy-Syuwai’ar #NasehatUlama
Ketika kita membahas niat iktikaf, aku ingin kalian perhatikan baik-baik, bahwa yang dimaksud dengan niat di sini adalah niat berdiam di masjid. Beginilah niatnya. Jadi, niat yang dimaksud di sini tidak perlu niat-niat tambahan selain itu, karena iktikaf maknanya berdiam di dalam masjid, sehingga iktikaf niatnya bukan dengan niat-niat lain yang lebih dari makna berdiam di masjid.
Jadi, masalah niat iktikaf itu mudah. Sekadar Anda berniat tinggal di masjid untuk beberapa saat, Anda sudah menjadi orang yang beriktikaf. Jadi, barang siapa yang memasuki masjid setelah Salat Asar, dengan niat berdiam di sana hingga matahari terbenam, atau sampai terbit fajar, atau hingga salat selesai, maka dia sudah berniat iktikaf. Jadi, niat yang dimaksud adalah niat tinggal di masjid, sehingga tidak harus berniat menentukan sesuatu, kecuali untuk nazar, bagi yang berniat iktikaf karena nazar. Dan saya akan membahas tentang nazar iktikaf ini sebentar lagi.
Seorang ulama berkata, yaitu Syekh Taqiyyuddin, mengatakan bahwa iktikaf tidak dipersyaratkan niat, sebabnya, dia katakan bahwa iktikaf adalah perbuatan, yaitu mendiami masjid, sehingga barang siapa yang mendiami masjid untuk suatu ketaatan, berarti dia sedang iktikaf. Kecuali jika dia berniat sesuatu yang bertentangan dengannya, seperti niat berdiam di masjid tanpa ada niat ketaatan, misalnya masuk masjid untuk sesuatu yang mubah, seperti orang yang masuk masjid untuk istirahat atau tidur, berdiam di masjid untuk makan, atau tinggal di masjid untuk mengerjakan suatu pekerjaan yang boleh dilakukan di sana. Adapun untuk perkara haram, tidak diragukan lagi, dia berdosa karenanya. Perbedaan pendapat dalam hal ini sebenarnya hanya sedikit. Hal tersebut tujuannya adalah untuk memudahkan urusan niat, karena niat adalah perkara yang sederhana dan mudah. Jadi, ingat baik-baik, bahwa perkara niat ini adalah perkara yang mudah.
Bahkan sebagian ulama mengatakan, bahwa tidaklah seseorang memasuki masjid kecuali umumnya untuk ketaatan. Oleh sebab itu, sekadar berdiam di masjid sudah disebut iktikaf, walaupun tidak secara khusus berniat untuk iktikaf.
================================================================================
وَعِنْدَمَا نَقُولُ النِّيَّةُ أُرِيدُكَ أَنْ تَنْتَبِهَ
أَنَّ الْمُرَادَ بِالنِّيَّةِ هُنَا
هِيَ نِيَّةُ الْمُكْثِ الْمَسْجِدِ
هَذِهِ هِيَ النِّيَّةُ
وَلَيْسَ الْمُرَادُ بِالنِّيَّةِ
أَمْرًا زَائِدًا عَنْ ذَلِكَ
إِذِ الْاِعْتِكَافُ هُوَ الْمُكْثُ فِي الْمَسْجِدِ
فَلَيْسَ الْاِعْتِكَافُ لَهُ نِيَّةٌ زَائِدَةٌ عَنْ نِيَّةِ الْمُكْثِ
إِذَنْ… أَنَّ أَمْرَ النِّيَّةِ سَهْلٌ
فَمُجَرَّدٌ أَنْ تَنْوِيَ لُزُومَ الْمَسْجِدِ مُدَّةً مُعَيَّنَةً
فَإِنَّكَ تَكُونُ مُعْتَكِفًا
فَمَنْ دَخَلَ الْمَسْجِدَ بَعْدَ صَلَاةِ الْعَصْرِ
نَاوِيًا الْمُكْثَ فِيهِ إِلَى غُرُوبِ الشَّمْسِ
أَوْ إِلَى طُلُوعِ الْفَجْرِ أَوْ إِلَى بَعْدَ انْتِهَاءِ الْقِيَامِ
فَإِنَّهُ قَدْ نَوَى الْاِعْتِكَافَ
إِذَنِ النِّيَّةُ الْمُرَادُ نِيَّةُ لُزُومِ الْمَسْجِدِ
وَلَا يَلْزَمُ نِيَّةُ التَّعْيِينِ إِلَّا فِي الْمَنْذُورِ
فِيمَنْ نَوَى نَذْرًا
وَسَأَتَكَلَّمُ عَنِ الْاِعْتِكَافِ الْمَنْذُورِ بَعْدَ قَلِيلٍ
وَقَالَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ وَهُوَ الشَّيْخُ تَقِيُّ الدِّينِ
إِنَّ الْاِعْتِكَافَ لَا يُشْتَرَطُ لَهُ النِّيَّةُ
وَالسَّبَبُ قَالَ لِأَنَّ الْاِعْتِكَافَ فِعْلٌ
وَهُوَ لُزُومُ الْمَسْجِدِ
فَمَنْ لَزِمَ الْمَسْجِدَ لِطَاعَةٍ فَهُوَ مُعْتَكِفٌ
إِلَّا أَنْ يَأْتِيَ بِنِيَّةٍ مُنَاقِضَةٍ
بِأَنْ يَلْزَمَ الْمَسْجِدَ لِغَيْرِ نِيَّةِ الطَّاعَةِ
بِأَنْ يَلْزَمَ الْمَسْجِدَ لِأَمْرٍ مُبَاحٍ
كَأَنْ يَدْخُلَ الْمَسْجِدَ لِيَرْقُدَ لِيَنَامَ يَعْنِي
أَوْ دَخَلَ الْمَسْجِدَ لِيَأْكُلَ
أَوْ دَخَلَ الْمَسْجِدَ لِيَعْمَلَ شَيْئًا مِنَ الْأَعْمَالِ الْمُبَاحَاتِ فِيهِ
وَأَمَّا الْمُحَرَّمَةُ فَلَا شَكَّ أَنَّهُ آثِمٌ عَلَى ذَلِكَ
وَالْخِلَافُ فِي الْحَقِيقَةِ يَسِيرٌ
وَهَذَا مَبْنِيٌّ عَلَى التَّسْهِيلِ فِي أَمْرِ النِّيَّةِ
فَإِنَّ أَمْرَ النِّيَّةِ اَمْرُهَا يَسِيرٌ وَسَهْلٌ
إِذَنْ انْتَبِهْ لِأَمْرِ النِّيَّةِ وَهُوَ أَمْرُهَا سَهْلٌ
وَقَدْ ذَكَرَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ أَنَّهُ لَا يَدْخُلُ أَحَدٌ
الْمَسْجِدَ عَادَةً إِلَّا بِالطَّاعَةِ
فَلِذَا فَإِنَّ مُجَرَّدَ لُزُومِ الْمَسَاجِدِ يُسَمَّىى اعْتِكَافًا
وَإِنْ لَمْ تَنْوِ تَخْصِيصَ الْاِعْتِكَافِ